Space yang tersedia buat kami mengisi tulisan di koran terbatas, sehingga mau tak mau harus membuat tulisan yang singkat, padat, akurat. Tapi tetap harus menarik”, demikian ungkap kawan kepada saya, seorang wartawan, mengenai tantangan menulis di media cetak. “
Haram hukumnya bagi seorang jurnalis membuat tulisan bertele-tele dan tidak menarik. Seorang jurnalis handal cekatan membuat tulisan yang membuat pembacanya tidak pernah meninggalkan satu alineapun yang ia tuliskan. Dan dengan bahasa yang ringat sang jurnalis bisa menjelaskan hal-hal yang njelimet.
Tentu seorang calon penulis buku tidak ada salahnya meniru kebiasaan jurnalis dalam menulis. Sehingga tulisannya menjadi mudah dimengerti menarik, lugas dan tidak bertele-tele.
Memang, ada perbedaan seorang penulis buku dengan seorang jurnalis. Seorang jurnalis hanya membuat tulisan sesuatu topik secara singkat namun tidak terlalu mendalam. Sedangkan seorang penulis harus mengulas sebuah tema dengan penjelasan yang mendalam dan meninjau dari banyak aspek. Namun teknik-teknik jurnalis merayu pembacanya perlu juga dikuasi para penulis buku.
Adapun trik-trik yang sering digunakan para jurnalis dalam menulis adalah
Gunakan kalimat yang efisien, jurnalis cenderung menggunakan kata dalam satu kalimat seefisien mungkin. Bahkan mereka cenderung terganggu dengan kalimat panjang sehingga kemudian memenggalnya menjadi beberapa kalimat baru. Bagi mereka kalimat yang panjang sangat melelahkan mata para pembaca.
Gunakan bahasa yang lugas dan populer, tulisan seorang jurnalis pada umumnya untuk kalangan luas. Mau tidak mau ia harus menyampaikan topik-topik berat yang biasa dibahas seorang “Doktor” agar bisa dipahami seorang tamatan SMA. Seorang jurnalis akan menghindari penggunakan ”kata-kata tinggi” karena sudah dipastikan akan sulit dipahami oleh kalangan yang luas.
Gunakan alinea yang pendek, sebagaimana penggunaan kalimat yang efisien, kalimat yang panjang membuat mata pembaca menjadi kelelahan. Dan pergantian alinea adalah saat dimana pembaca beristirahat sejenak atau ”menarik nafas”.
Gunakan kalimat pembuka yang mengigit. Di mata seorang jurnalis daya mistik tulisan sudah harus bekerja sejak kalimat awal. Jika seorang pembaca enggan membaca tulisan selanjutnya setelah membaca lead atau alinea awal, maka ia gagal merayu pembacanya. Oleh sebab itu seorang jurnalis selalu berupaya mencari lead atau kalimat pembuka yang menarik bahkan cenderung heboh. Agar pembaca dengan senang hati membaca tulisannya hingga selesai.
Jumat, 16 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Setuju tentang hal-hal yang mas sebutkan. Namun jika menulis cerita atau novel, hal-hal bertele kadang muncul karena keinginan penulis untuk menerapkan prinsip "Show don't tell."
Mailindra
Blog: http://mailindra.cerbung.com
Posting Komentar