;

Minggu, 31 Januari 2010

CERMATI DAN SIMPAN BAIK-BAIK KONTRAK KERJASAMA ANDA

Suatu ketika seorang penulis merasa kecewa dengan kinerja sebuah penerbit. Mulai dari editan yang acal kadut, cover dan setting buku yang terkesan norak. Hingga masalah distribusi buku yang sangat terbatas di beberapa toko buku saja. Sehingga buku tersebut terlihat kurang menjual dan sulit didapatkan.

So, si penulis kemudian memutuskan kerjasama secara sepihak, dan mencoba menerbitkan bukunya di penerbit lainnya. Namun ketika mengetahui bahwa si penulis menjalin kerjasama dengan penerbit lain, si penerbit pertama melayangkan surat protes.

Mereka menegaskan bahwa sudah ada kesepakatan bahwa kerjasama sama tersebut adalah hingga buku cetakan pertama habis terjual. Parahnya penerbit mengamcam akan melanjutkan ke jalur hukum kalau si penulis tidak memutuskan kerjasama dengan penerbit yang baru. Ironisnya, naskah sudah naik cetak dan tak lama lagi akan terbit.

Namun si penulis ingin tetap melanjutkan apa yang ia rencanakan. Pasalnya sudah kadung berjalan. Maka ia mencoba mengkonter klaim si penerbit di dasarkan kesepakatan kerjasama yang tertulis pada kontrak antara dirinya dengan penerbit.

Hanya saja ketika ingin mencari kontrak tersebut, ia mendadak menjadi panik. Mengapa? Pasalnya kontrak kerjasamanya raib entah kemana. Ia lupa dimana menyimpan kontrak kerjasamanya itu.Sehingga ia tidak memiliki dasar untuk melakukan klaim atau counter.

Hal ini akan sangat menguntung si penerbit. Pasalnya penerbit tersebut mengetahui betul apa yang menjadi hak. Namun di sisi lain, si penulis menjadi awam terhadap apa yang menjadi haknya.

Kontrak itu Penting
Kebanyakan penulis pemula tidak terlalu memperhatikan kontrak kerjasama dengan penerbit. Ketika naskahnya diterima, ia dengan anteng menerima begitu saja opsi kerjasama yang ditawarkan oleh penerbit. Dan setelah kontrak diterima, seringkali tidak disimpan dengan baik.

Biasanya penerbit akan mengirimkan dua berkas kontrak bermateri, satu diserahkan kepada penerbit satu diserahkan kepada penulis. Nah, yang untuk penulis inilah kadang tidak di simpan baik-baik. Bahkan konyolnya, seorang penulis ada yang malah mengirimkan keduanya kepada penerbit.

Oleh sebab itu bagi para penulis pemula yang akan menjalin kerjasama dengan penerbit, persoalan kontrak kerjasama ini perlu diperhatikan baik-baik. Hal yang pertama yang perlu disimak adalah opsi kerjasama. Sebaiknya pasal demi pasal disimak dengan baik. Jika ada hal-hal yang dirasa memberatkan sebaiknya disampaikan kepada pihak penerbit.

Setelah oke dengan bentuk kerjasama yang ditawarkan, sebaiknya kontrak tersebut disimpan dengan baik. Karena itu menjadi dasar untuk menuntut hak di kemudian hari. Misalnya untuk meminta pencairan royalti. Biasanya penerbit mencantumkan kapan biasanya mereka melakukan evaluasi penjualan dan penyerahan royalti.

Jadi jika disebutkan bahwa royalti diserahkan setiap tahun. Maka pada waktu yang ditentukan penulis bisa menanyakan apa yang menjadi haknya kepada penulis. Demikian juga jika dikemudian hari ada silang pendapat, maka kontrak kerjasama bisa dijadikan dasar untuk melakukan klaim atau protes.

Oleh sebab itu sebagai penulis, Anda juga harus cermat melihat kontrak kerjasama Anda. Mengingat Anda telah menyarahkan karya Anda kepada penerbit dan Anda memiliki hak yang harus dihormati dan semuanya itu tertulis di dalam sebuah kontrak kerjasama.

Rabu, 20 Januari 2010

GUNAKAN FAKTA DAN DATA


Ketika Anda membuat buku non-fiksi yang menyampaikan pandangan, statetment atau pendapat, ada baiknya didukung oleh data atau fakta. Selain membuat tulisan Anda lebih menarik, sekaligus membuktikan Anda tidak ”mengada-ngada”.

Misalnya saja dalam sebuah tulisan Anda menyebutkan

“ Olah raga baik untuk kesehatan”.

Pernyataan tersebut bisa menimbulkan pertanyaan. Apa buktinya?

Sebagai pendukung Anda bisa menambahkan ilustrasi atau sebuah fakta.

Misalnya:

”Kakek saya membiasakan berolahraga sejak muda.Setiap hari ia menghabiskan waktu 30 menit joging di pagi hari. Alhasil, meski umurnya mencapai kepala 7 tapi ia masih tetap sehat dan bugar”.

Namun Anda jangan langsung segera puas. Fakta ini masih bisa dipertanyakan.

Apa bukti dari sebuah pengalaman, yakni kakek Anda cukup membuktikan olah raga itu baik?

Agar lebih menggigit maka Anda bisa mencuplik data atau informasi pendukung yang bersifat global. Bisa berupa pendapat ahli atau hasil penelitian tertentu. Misalnya:

Hasil research membuktikan bahwa orang yang rutin berolahraga memiliku peluang berumur panjang.

Maka saat ini pendapat Anda sedemikian meyakinkan.

Olah raga baik untuk kesehatan. Kakek saya membiasakan berolahraga sejak muda.Setiap hari ia menghabiskan waktu 30 menit joging di pagi hari. Alhasil, meski umurnya mencapai kepala 7 tapi ia masih tetap sehat dan bugar. Dan Hasil research membuktikan bahwa orang yang rutin berolahraga memiliku peluang berumur panjang.

Contoh di atas menunjukkan bagaimana sebuah statement didukung oleh ilustrasi dan data. Tentu Anda bisa juga menggunakan ilustrasi lebih dari satu atau data maupun informasi yang lebih kaya. Tentu itu disesuaikan dengan target tulisan Anda.

Tentunya dengan menggunakan kombinasi ilustrasi dan data-data aktual. Apalagi ilustrasi cukup menarik, unik demikian data yang disampaikan terekspos selama ini. Dijamin tulisan Anda lebih hidup dan memberikan wawasan.

Senin, 18 Januari 2010

"KOMPOS BIOPESTISIDA" BUKU MENARIK


Telah terbit buku " Kompos Biopestisida" karya Dr. Mesak Tombe dan Hendra Sipayung (pengelola blog ini). Buku ini membeberkan rahasia membuat pupuk organisasi generasi terbaru.

Buku ini bisa didapatkan di toko-toko buku seperti Gramdia, Gunung Agung dsb.

MENGAPA NASKAH SAYA BELUM TERBIT?


Mungkin saja Anda cukup beruntung karena naskah Anda diterima salah satu penerbit untuk diterbitkan. Sangkin girangnya Anda kemudian menginfokan kepada Saudara, teman tentang karya Anda tersebut . Tentunya dengan pesan tambahan, ” Jangan lupa beli, ya!!!”.

Anda kemudian menunggu. Sebulan, dua bulan, tapi tidak ada kabar dari penerbit. Bahkan sudah lewat 6 bulan tetap saja pihak redaksi tidak juga menghubungi Anda. Padahal Anda sudah terlanjur menyebarluaskan info tentang buku Anda. Tentu teman-teman Anda terus bertanya.

Maka Anda mulai curiga. Jangan-jangan, naskah tidak jadi diterbitkan. Maka Anda memutuskan untuk menelepon penerbit. Dan betapa kecewanya Anda mengetahui ternyata buku Anda belum disetting, apalagi akan naik cetak?

Penerbitan Naskah
Berapa lama, sih, penerbit menerbitkan buku setelah dinyatakan diterima?

Tentu tidak ada jarak waktu yang pasti. Bisa 3 bulan, 6 bulan bahkan bisa bertahun-tahun. Saya pernah menunggu hingga 1 tahun lebih hingga buku saya dicetak.

Nah, untuk lama tidaknya sebuah naskah dicetak akan sangat bergantung pada beberapa hal.

Pertama, banyaknya antrian naskah. Jika Anda berhasil menembus penerbit besar, saya harus mengucapkan selamat. Namun bersiap-siaplah menunggu lama sampai naskah Anda dicetak.

Pasalnya pada penerbit top sudah dipastikan ada puluhan bahkan ratusan yang diterima dan harus digarap setiap bulannya. Sehingga naskah Anda termasuk yang harus antri untuk disetting setelah naskah sebelumnya selesai.

Untuk penerbit besar saya harus menunggu hingga satu tahun sampai buku diterbitkan. Memang cukup lama, namun umumnya hasil editing, cover cukup baik. Bahkan kesalahan ketik hampir sulit dijumpai.

Kedua, menunggu momen yang tepat. Mungkin saja bagi penerbit buku Anda cukup menarik. Namun agar penjualannya cukup baik maka ditunggu momen yang tepat untuk penerbitan.

Teman saya hanya perlu menunggu 4 bulan hingg bukunya diterbitkan oleh sebuah penerbit besar. Pasalnya tema yang ia dituliskan lagi ramai peminat.

Atau bisa karena tema-tema tertentu tengah dibutuhkan pasar. Jadi untuk sementara naskah Anda dipending, hingga saat yang lebih tepat. Agar penerbit bisa lebih fokus pada tema-tema yang lebih menguntungkan.

Keempat, penerbit mengutamakan kesempurnaan. Ada saja penerbit yang sangat hati-hati dalam mengsetting dan melakukan editing. Adakalanya setelah setting pertama, mereka akan mengirimkan kembali naskah untuk dikoreksi oleh penulisnya.

Setelah itu mereka kembali mensetting dan mengirimkan kembali. Proses ini bisa berlangsung berulang kali, apalagi jika penulisnya selalu memberikan koreksi.

Mengatasi Lamanya Menunggu
Jadi ketika naskah Anda sudah diterima penerbit, maka langkah selanjutnya sebaiknya apa?

Tentu saran yang paling bijak, dari para menunggu setiap hari. Atau berulang kali menghubungi penerbit, adalah membuat karya baru.

Jadi ketika naskah Anda diterima Anda cukup bertanya sekali tentang kapan rencananya buku ini diterbitkan. Jika penerbit mengatakan 3 bulan atau tidak ada kepastian, maka selanjutnya lupakan apapun yang dikatannya.

Fokuskan diri Anda pada karya baru. Sehingga biarpun buku Anda belum terbit, maka Anda sudah siap sedia untuk mempublikasikan buku selanjutnya.

Rabu, 13 Januari 2010

MEMBERIKAN TERLALU BANYAK KADANG TIDAK BAIK

Sebagai penulis buku non-fiksi tentu kita harus memberikan informasi terakurat, terlengkap dan teraktual kepada pembaca. Hanya saja kadang kita harus membatasi hal yang kita sampaikan demi kenyamanan pembaca?

Barangkali penjelasannya demikian. Jika saya adalah seorang pakar psikologi, maka saya bisa membahas sebuah topik tentang "kesadaran" secara mendalam, dan terperinci. Dengan harapan dalam sebuah buku saya bisa menyampaikan segala sesuatu yang saya ketahui.

Sehingga saya harus membuat penjelasan yang mendetail, abstrak, dipenuhi istilah-istilah untuk menyebutkan hal-hal yang tidak diketahui pembaca awam. Tentu model buku seperti ini barangkali adalah seperti buku teks di kampus.

Namun niat baik saya ini kadang bisa menjadi kontra produktif. Apalagi jika saya ingin buku ini dibaca oleh masyarakat luas. Pasalnya karena terlalu mendalam, terlalu detail pembaca awam bakal kesulitan memahami buku saya.

Sebelum kita menuliskan sesuatu, ingatlah pembaca Anda, khususnya mereka yang awam, memiliki kapasitas terbatas untuk memahami dan menampung informasi yang Anda sampaikan. Oleh sebab itu sampaikan hal yang Anda ketahui secara bertahap dan terbatas.

Jadi ketika Anda ingin mengedukasi pembaca Anda terhadap pembaca Anda awali dengan pengenalan secara umum. Siapkan terlebih dahulu buku-buku yang bersifat pengantar. Ini khusus untuk mereka yang belum begitu familiar terhadap topik yang Anda sampaikan.

Setelah itu Anda bisa membuat buku yang bersifat lanjutan. Tentunya dengan informasi yang lebih mendalam. Khususnya untuk mereka yang ingin memperdalam.

Kemudian Anda bisa membuat buku tingkat expert, yang berisikan pengembangan ide atau konsep, untuk mengambarkan posisi Anda terkait bidang tertentu. Buku demikian tentu ditujukan bagi pembaca yang merupakan pakar.

Ini adalah penyebab mengapa banyak buku-buku karya akademisi, yang kaya informasi bermanfaat, agak kurang memberikan dampak yang luas. Pasalnya apa yang mereka sampaikan demikian kompleks. Sehingga akan sulit dipahami orang-orang awam.

Jadi jika Anda ingin pengetahuan anda bermanfaat bagi masyarakat luas melalui sebuah buku. Maka saran sederhana adalah sampaikan secara bertahap. Sehingga pembaca dengan berbagai tingkat pemahaman bisa mendapatkan banyak hal dari buku-buku Anda.

Selasa, 12 Januari 2010

BAGAIMANA PENULIS MENDAPATKAN UANG?

Seorang penulis memiliki peluang menjadi seorang jutawan. Meskipun hubungannya tidak selalu bersifat absolut.

Pasalnya tidak setiap penulis sukses bisa mendadak bergelimpangan materi. Ada juga yang harus mengalami kehidupan yang morat-marit.

Namun tidak dapat dipungkiri menjadi penulis bisa mendatangkan uang. Khususnya bagi mereka yang telah menerbitkan buku.

Tentu pertanyaannya kemudian, bagaimanakah seorang penulis dapat memperoleh manfaat materi dari karyanya?

Royality
Seorang penulis dipastikan bisa mendapatkan uang dari royalti penjualan buku. Biasanya penerbit menawarkan 10 persen dari nilai penjualan buku. Hanya saja penghasilan tersebut akan tergantung dari sukses penjualan.

Buku yang laris manis bisa menjadikan penulis mendadak kaya raya. Namun jika penjualannya agar kurang, maka hasil yang bisa diperoleh penulis cukup sedikit.

Belum lagi jika penerbit tidak secara terbuka memberikan informasi penjualan yang sesungguhnya. Seolah penjualan selalu tidak menggembirakan. Sehingga si penulis mau tidak mau harus menerima nilai royalti yang rendah.

Jual Lepas
Namun seorang penulis bisa saja mendapatkan uang dengan cara lebih cepat dari sistem royalti. Misalnya dengan melakukan penjualan naskah. Artinya ketika karyanya selesai dituliskan ia menjualnya kepada penerbit seharga tertentu.

Manfaat dengan sistem ini adalah penulis bisa langsung mendapatkan uang cash di depan. Namun pendapatan dari cara ini bisa saja lebih kecil dari penerimaan sistem royalti. Apalagi jika buku laris manis di pasaran, maka keuntungan akan sepenuhnya milik penerbit.

Menjadi Pakar
Disamping cara itu, ada juga penulis yang rela dengan cuma-cuma memberikan naskahnya kepada penerbit untuk bisa diterbitkan. Bahkan ia tidak terlalu ambil pusing dengan ada tidaknya pembagian royalti. Hanya saja ia mensyaratkan buku didistribusikan dengan baik dan luas.

Penulis demikian umumnya ingin mendapatkan keuntungan bukan dari penjualan buku secara langsung. Namun image yang terbentuk dampak dari penulisan bukunya itu.

Saya pernah menulis buku tentang Informasi Teknologi (IT). Tujuannya untuk mendukung rencana saya menjadi konsultan marketing online. Dan buku tersebut cukup efektif menciptakan positioning saya dan mendatangkan klien saya.

Penghasilan dari pembentukan image ini bisa sangat besar. Bahkan jauh melampaui penghasilan dari royalti. Namun kesuksesan penjualan buku akan sangat menentukan efektivitas dalam penciptaan positioning. Mustahil bagi si penulis mendapatkan pelanggan atau mendapatkan label sebagai pakar, jika tidak ada satupun bukunya yang laku dipasaran.

Demikianlah beberapa cara penulis mendapatkan uang. Kemudian pilihan terbaik akan sangat tergantung kebutuhan dan situasi yang dihadapi si penulis. Jika si penulis ingin mendapatkan uang segera maka sistem jual lepas bisa dijadikan pilihan.

Namun jika ia yakin dengan kualitas bukunya dan ingin mendapatkan penghasilan secara berkala maka sistem royalti layak dijadikan pilihan. Tapi jika ingin mendapatkan penghasilan jangka panjang dalam jumlah besar maka pendapatan dari kepakaran merupakan pilihan yang tepat.

Jumat, 01 Januari 2010

BUKU "BERPIKIR SEPERTI FILOSOF"


Mungkin anak filsafat akan sangat kesal dengan buku ini. Mengapa? Apa karena isinya tidak menarik?

Tidak juga. Melainkan karena buku ini terlalu sederhana untuk disebut buku filsafat. Filsafat harusnya ditempatkan di posisi yang eksklusif dan "menakutkan". Sehingga hanya sedikit orang seharusnya yang tertarik mempelajarinya.

Namun buku ini terasa ringat meskipun membahas sesuatu yang tidak ringan. Maklum buku ditulis dengan bahasa yang cukup sederhana namun cukup inspiratif.

Buku ini bakal membeberkan cara-cara menjadi filsuf dengan cara mudah. Sekaligus memberitahu para pembacanya bahwa ia pernah menjadi filsuf tanpa disadari. Dan juga bisa menjadi filsuf secara permanen.

Buku ini ditulis dengan gaya bebas dan ringan untuk menghindari kesan bahwa filsafat itu sesuatu membosankan. Buku ini bakal memperkenalkan cara-cara bagaimana bisa lekas menjadi seorang filsuf? Tentunya dengan cara-cara yang ternyata tidak sulit.

So, bagi Anda yang ingin mengetahui lebih lanjut isi buku ini silahkan mengunjungi Toko buku Gramedia atau Gunung di tempat Anda.

JUDUL BUKU: BERPIKIR SEPERTI FILOSOF
KARYA: HENDRA HALOMOAN SIPAYUNG
PENERBIT: AR-RUZZ MEDIA