;
Tampilkan postingan dengan label inspirasi menulis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label inspirasi menulis. Tampilkan semua postingan

Jumat, 13 April 2012

Menerbitkan Sendiri Vs Menembus Penerbit


“Pak, apakah saya harus menerbitkan buku dengan biaya sendiri atau berjibaku mendapatkan penerbit yang bersedia mempublish karya saya?”, tanya salah seorang bimbingan.

Untuk menentukan pilihan terbaik, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebagai pertimbangan.

Apabila Anda memiliki dana yang cukup, sering diundang menjadi pembicara seminar, dan buku Anda lebih menjadi produk yang dijual, ada baiknya Anda menerbitkan secara indie. Buku-buku Mario Teguh sepanjang pengetahuan saya tidak diterbitkan oleh penerbit besar .

Namun jika dana Anda terbatas, dan Anda masih sedang membangun brand Anda sebagai pakar, ada baiknya Anda berupaya menembus penerbit besar. Mengapa demikian?

Jika buku Anda diterbitkan oleh sebuah penerbit besar tanpa mengeluarkan biaya apapun, maka waktu yang diperlukan dari pengiriman naskah hingga cetak cukup lama, bahkan tahunan. Selain itu Anda hanya akan mendapatkan sharing 10 persen dari hasil penjualan buku Anda.

Hanya saja, penulis yang sukses menembus penerbit ternama akan mudah dianggap sebagai seorang pakar. Kelebihan lain dari penerbit besar adalah, buku Anda terdistribusi secara luas ke seluruh toko buku di Indonesia dan dengan waktu pajang yang relatif lama.

Kalau Anda menerbitkan secara indie, maka Anda harus mengeluarkan biaya untuk menerbitkan buku . Penerbit indie tidak selalu memiliki jaringan distribusi sebaik penerbit besar dan kadang harus bekerjasama dengan distributor.

Namun dengan membiayai sendiri maka proses penerbitan bisa lebih cepat, dan sharing profit yang bisa Anda peroleh jelas lebih besar.

Jadi memilih menerbitkan buku sendiri atau mencari penerbit yang mau mempublish karya Anda memiliki plus minus. Oleh sebab itu keputusan terbaik tergantung pada orientasi Anda .

Minggu, 15 Januari 2012

Apakah Saya Berbakat?


Ketika mengetahui jumlah buku yang sudah saya hasilkan, dan berapa banyak penulis yang berhasil saya bimbingan hingga naskahnya menembus penerbit, banyak orang, seketika itu, mengacung jempol. Seraya memuji saya dengan ungkapan “ Anda benar-benar luar biasa”. Atau “Anda sungguh-sungguh berbakat”.

Benarkan demikian. Apakah benar saya memiliki hal yang berbeda dari banyak orang, yang memungkinkan saya meraih sukses dalam dunia penulisan?

Tidak banyak orang yang tahu ‘bagaimana kemampuan menulis saya 8 tahun yang lalu’. Berbeda dengan cerita tentang para penulis yang kadang disebutkan sudah memperlihatkan bakatnya menulis sejak kecil. Saya sepertinya tidak punya kejadian istimewa pada anak-anak yang meyakinkan saya memiliki bakat menulis.

Saat sekolah “mengarang” menjadi aktivitas yang paling tidak menyenangkan yang berlanjut hingga saya duduk dibangku kuliah. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana teman-teman saya bisa membuat artikel hingga puluhan lembar dengan mudah.Padahal bagi saya pada saat itu, menulis 1 lembar sudah merupakan perjuangan berat.

Dulu, bahkan, saya adalah penulis yang buruk. Nilai essay saya jarang meraih hasil yang memuaskan ketika kuliah. Jika harus menulis maka saya akan memperbanyak penggunaan kata penghubung untuk memenuhi kertas, penjelasan tidak runut dan sulit dimengerti. Bahkan tulisan pertama yang ingin saya publish tidak layak diterbitkan, bahkan di majalah internal organisasi kampus

Lalu bagaimana saya kemudian memutuskan menjadi penulis?

Semua itu berawal dari kecintaan saya membaca buku sejak kuliah. Uniknya saya lebih suka membaca buku diluar bidang keilmuan yang sedang saya geluti.

Saya terobses menjadi pakar di bidang yang saya pelajar secara otodidak tersebut. Namun sejenak saya berpikir, bagaimana kelak saya bisa diakui menjadi pakar dalam suatu bidang itu meskipun saya tidak pernah mempelajarinya melalui pendidikan formal.

Pada saat itulah saya punya pandangan, khususnya dari beberapa buku yang say abaca, bahwa orang bisa menjadi pakar jika ia menuliskan apa yang ia ketahui. Lalu saya memutuskan ingin menjadi penulis.

Apa yang saya lakukan kemudian? Saya membaca sejulah buku tentang menulis, saya mencoba membiasakan menulis setiap hari dengan topik-topik sederhana menyangkut pengalaman saya sendiri. Lalu sayapun mencoba membuat tulisan tentang bidang-bidang yang saya pelajari secara otodidak.

Hasilnya, tentu tidak memuaskan. Bahkan ketika saya menunjukkannya pada seorang jurnalis, seketika itu tulisan saya dipenuhi coretan. Namun saya tidak putus asa. Setiap hari saya belajar menulis. Dan saya bisa melihat bagaimana semakin sering saya menulis, semakin bagus tulisan saya.

Hasilnya, dengan melakoni kebiasaan ini, beberapa tahun kemudian saya berhasil menerbitkan buku pertama saya.

Jadi jika saya kemudian ditanyakan, bagaimana saya bisa menjadi penulis? Saya tidak pernah yakin hal ini diakibatkan bakat yang dimiliki.

Selama puluhan tahun saya menganggap menulis adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan. Namun, ketika saya memutuskan ingin menjadi penulis dan bekerja keras, sayapun bisa mewujudkan impian tsb.

Itu sebabnya saya meyakini bahwa siapa saja bisa jadi penulis asal 1) punya impian dan hasrat yang tinggi menjadi penulis, 2) mau berlatih menulis secara terus menerus dan 3) belajar menulis dari buku atau dari narasumber scara langsung.

Rabu, 11 Januari 2012

TERAPI MENULIS

“ Pak, apa rahasia Bapak bisa mencetak penulis dalam waktu singkat?” , tanya salah seorang calon bimbingan saya.

“ Saya hanya memberikan terapi?”, jawab saya.

“ Seperti apa itu?”.

Tentu tidak ada cara yang luar biasa yang saya terapkan untuk menjadikan Anda seorang penulis. Saya hanya berbekal keyakinan bahwa semua orang bisa menulis selama ia bisa berbicara dengan baik.

“Lalu apa yang kemudian Anda lakukan pada bimbingan Anda?”, tanya seorang teman.

Saya hanya mendorong Anda untuk menulis, menulis dan menulis. Lalu melalui berbagai kendala yang Anda hadapi , disitulah saya menanamkan sejumlah pengetahuan dan keterampilan menulis. Adapun orientasi saya ketika mengajar adalah bagaimana Anda bisa membagikan sebagian diri Anda pada orang lain melalui tulisan.

Namun yang terpenting dari terapi yang saya lakukan adalah menghancurkan mental block dalam diri setiap bimbingan saya. Dengan mengubah persepsinya bahwa menulis itu tidak menyenangkan, sulit, membutuhkan bakat. Tidak dengan teori melainkan tindakan praktis.

“Lalu bagaimana bimbingan Anda mengetahui tentang teori penulisan?”, tanya seorang penulis pada saya.

Tentu sebagian besar orang tidak pernah mengetahui teori tentang bahasa, meskipun mereka bisa berbicara dengan baik. Namun akan mudah bagi seseorang, mempelajari tentang tata bahasa jika ia menguasai penggunaan suatu bahasa secara praktis dalam kehidupan sehari-harinya.

Jadi bagaimana bimbingan saya bisa memahami teori tentang penulisan? Ia cukup memahirkan dirinya menulis, lalu membiarkan pikirannya mengkonsepsi dengan sendiri teori tentang penulisan .

Rabu, 04 Januari 2012

PENULIS YANG MENGINSPIRASI SAYA


Suatu ketika saya mendapatkan kontak telpon dari luar negeri. Dengan suara yang tidak begitu jelas, saya mendengar sapaan dari balik telp “ Sore, pak, saya ingin dibimbing oleh Bapak menjadi penulis”.

Ia pun memperkenal dirinya yang adalah seorang TKI yang bekerja di sebuah negara di Asia Timur. Ia mengenal saya melalui aktivitas saya di dunia maya.

“ Pak, saya punya impian ingin menjadi penulis. Dan saya ingin Bapak membantu mewujudkannya”, ungkapnya.

“ Tentu saya siap membantu Anda”, jawab saya.

“Terima kasih, pak", jawabnya dengan nada suara terdengar lembut "Saya punya ide penulisan dan sejak lama ingin saya jadikan sebuah buku. Saya coba menuliskannya dan mengirimkannya pada Bapak untuk mendapatkan masukan. Tapi mohon maaf, pak, saya mungkin mengirimkan sedikit demi sedikit karena saya mengirimkannya melalui HP, pak”, jelasnya dengan suara yang penuh antusias.

" Menggunakan sms?", tanya saya.

" Ya".

Tentu penjelasan itu membuat saya mengerutkan dahi. Pasalnya saya belum pernah membimbing penulis yang mengirimkan tulisannya melalui HP. Saya membayangkan bagaimana sulitnya dia harus menyelesaikan sebuah tulisan yang terdiri ribuan kata dengan mengetikkannya melalui telp selulernya.

Sayapun menyetujui. Dan beberapa hari berselang iapun mulai mengirimkan tulisannya melalui email yang dikirimkan melalui telp seluler.

Sayapun mengumpulkan tulisan yang ia kirim dan menyusunnya menjadi tulisan utuh. Ia hanya bisa mengirimkan beberapa kalimat atau kurang lebih seperempat lembar untuk sekali pengiriman.

Satu hal yang membuat saya kagum dengannya adalah semangatnya dan tekadnya yang kuat. Jelas, dengan pekerjaannya sebagai pekerja informal di luar negeri, ia hanya memiliki waktu yang sangat terbatas untuk menulis. Bahkan suatu ketika ia mengsms saya " Maaf, pak, saya minggu ini belum bisa mengirimkan tulisan karena saya bekerja hampir tanpa ada waktu senggang".

Ia tidak memiliki laptop atau PC untuk menyusun tulisannya, seperti pengakuannya. Hanya bermodalkan HP ia mencoba mengirimkan potongan-potongan tulisannya kepada saya.

Semangat itu juga yang membuat ia terus mengirimkan tulisannya dengan cara yang tidak biasa hingga terkumpul sampai 70 lembar naskah. Bahkan ia juga hampir tidak percaya ketika saya memberi tahu jumlah lembar yang berhasil ia tulis.

Meskipun proses penulisan dan bimbingan masih berjalan hingga tulisan ini dibuat, namun apa yang ia lakukan, saya akui, cukup menginspirasi. Pasalnya ada banyak orang yang memiliki kesempatan dan modal yang memadai menjadi penulis. Memiliki waktu luang, fasilitas tersedia, plus otak yang dipenuhi banyak hal yang bisa dituangkan menjadi tulisan. Namun mereka tidak bisa mewujudkannya karena tidak pernah memutuskan untuk melakukannya sekarang, melalui perencanaan dan target yang konkrit.

Selain itu banyak penulis yang kemudian menyalahkan kesibukannya, ide yang tidak muncul, tidak ada bahan untuk ditulis dsb, sebagai penyebab mengapa ia sampai saat ini belum menjadi seorang PENULIS .

Tentu si penulis muda yang masih harus bekerja sebagai TKI di luar negeri tersebut, punya lebih banyak alasan untuk tidak menjadi penulis (mungkin juga dari Anda). Namun ia menegaskan pada dirinya untuk mengatasi segala penghalang tersebut.

Itu sebabnya saya mengatakan bahwa ia cukup menginspirasi saya.

Kamis, 24 November 2011

MENJADI PENULIS DENGAN KEJUJURAN


Seorang kepala rumah sakit bertanya kepada saya, “Tema apa yang bisa saya tulis, pak?” .

Sebelum saya menjawab pertanyaannya, saya teringat pembicaraan kami sebelumnya tentang praktek-praktek rumah sakit yang tidak etis yang pada akhirnya mengorbankan pasien. Bahkan ia menuturkan aktivitas itu berlangsung lama dan terjadi tanpa disadari si pasien.

Maka sayapun menyarankan, “ Bagaimana jika Bapak menulis Hospital Undercover, tema ini cukup menarik dan Bapak bisa menuliskannya berdasarkan pengalaman Bapak bekerja di rumah sakit selama puluhan tahun”.

Mendengar itu ia hanya terdiam sejenak. Setelah menghelakan nafas “ Ok, pak saya coba menuliskannya, meskipun butuh keberanian”, jawabnya.

Segera saya membuatkan outline dan mengirimkannya ke sebuah penerbit. Hanya menunggu beberapa waktu, pihak penerbit sudah menghubungi saya dan menyatakan berminat menerbitkan buku.

Sayangnya, ketika saya menghubungi sang kepala rumah sakit, ternyata ia mengurungkan niatnya untuk menuliskan buku itu. Ia merasa tidak nyaman menulis tentang keburukan layanan rumah sakit, ketika ia masih mencari nafkah di lingkungan itu.

Dari kisah di atas saya ingin mengambarkan bagaimana Anda bisa menjadi penulis bermodalkan kejujuran. Anda hanya melihat sesuatu disekeliling Anda, sesuatu yang hidden, rahasia, untuk diungkapkan ke permukaan. Seperti halnya buku-buku seperti “Jakarta Undercover”, “IPDN Undercover” “Diary Pramugari” dsb.

Akan sangat mudah bagi anda menuliskan sesuatu yang Anda alami. Karena Anda mengetahui betul detail-detail peristiwanya sehingga Anda bisa mengambarkannya dengan sangat baik.

Namun saya juga perlu menekankan soal motivasi karena mengangkat sesuatu yang tidak biasa bisa saja menjadi ajang membuka sebuah aib seseorang atau banyak orang. Penting kiranya untuk melakukannya dengan tujuan yang baik. Pertama, agar sesuatu buruk terungkap sehingga control sosial bisa diterapkan pada hal-hal yang selama ini tidak terekspos. Kedua, agar orang tidak melakukan seperti yang diceritakan.

Kemudian sebisa mungkin Anda hanya mengambarkan kisahnya dan menyamarkannya. Dan tidak membukanya hingga sebuah pribadi nyata Anda telanjangi dalam karya Anda.

Jadi ketika Anda bagian dari kehidupan penuh kekerasan, Anda pernah tinggal di kalangan anak geng motor, berkerja dalam sebuah lingkungan yang pernuh dengan korupsi, Anda pernah bagian dari anak-anak yang dibuang dan dititip di Panti Asuhan, mengetahui sebuah konspirasi untuk menghancur seorang pribadi atau organisasi, Anda bisa menuliskannya.

Anda cukup merekam setiap detail peristiwa Anda sedikit demi sedikit, ibarat Anda sedang menuliskan buku harian. Setelah Anda sudah memiliki materi tulisan yang cukuo Anda kemudian bisa menjadikannya sebuah buku. Namun untuk menuliskan karya ini Anda harus memiliki kejujuran, keberanian dan motivasi yang benar.

KMB Menyediakan Konsultasi dan Jasa Penulisan Buku “Kejujuran” , hub 085925077652

Minggu, 23 Oktober 2011

PENGALAMAN MENCETAK CALON PENULIS MENJADI PENULIS


Banyak yang beranggapan bahwa apa yang kami lakukan untuk mencetak calon penulis menjadi penulis sesuatu yang sangat sederhana, seperti membalikkan telapak tangan. Padahal kenyataannya tidak demikian.

Kami tidak bisa memungkiri bahwa menulis buku bukan sesuatu yang mudah. Pada dasarnya tidak hanya membutuhkan niat namun juga upaya keras untuk berlatih. Itu sebabnya system yang kami kembangkan adalah membiasakan calon penulis untuk menulis.Sambil secara bertahap kami membagikan pengetahuan yang wajib dimiliki setiap penulis tidak melalui penjelasan teoritis namun langsung pada saat proses penulisan.

Kesulitan yang sering kami hadapi dalam mencetak seorang penulis adalah dari penulis itu sendiri. Terutama soal konsistensi dalam menulis. Ada puluhan bahkan pernah hingga ratusan yang menghubungi kami dan menyatakan ingin menjadi penulis, namun seringkali tidak berlanjut. Entah karena biaya yang dianggap terlalu mahal (menurut kami bukan terlalu mahal, namun biaya itu terlalu besar untuk sebuah kegiatan iseng-iseng) atau karena proses awal yang njelimet.

Mengenai biaya tentu kami harus kami harus menetapkan biaya, jelas karena KMB sendiri adalah usaha jasa, dan kami membutuhkan pemasukan untuk menutupi biaya operasional. Selain itu kami ingin menanamkan sebuah kesadaran bahwa menulis adalah pengetahuan yang sangat-sangat berharga. Kemampuan menulis tidak hanya sekedar bisa menjadi aktivitas pemuas hati namun juga bermanfaatkan mengembangkan karir dan memberikan pendapatan. Namun kami menyadari jika ada perbedaan kemampuan ekonomi dari tiap-tiap orang yang ingin belajar menulis. Itu sebabnya KMB menawarkan beberapa paket dengan biaya dan ketentuan yang berbeda sehingga bisa disesuaikan dengan kemampuan masih-masing orang.

Mengenai proses yang njelimet, jelas itu harus dilalui.Tidak ada sukses yang diperoleh dengan mudah. Para pengajar di KMB harus menjalani proses belajar selama puluhan tahun untuk menjadi seorang penulis. Tentu untuk mempersingkat proses ini jelas membutuhkan sebuah latihan yang mungkin tidak memberikan rasa nyaman. Tapi kalau dijalani maka dijamin akan memberikan manfaat bagi para calon penulis. Antara lain yang bakal dirasakan adalah ketika kami harus mengatakan tema yang dipilih “jelek”, memberikan tugas dengan tenggat waktu tertentu, merobak tulisan yang dibuat dan kami minta untuk ditulis ulang. Bahkan kami mewajibkan calon penulis menulis sesuatu tema yang mungkin ia sukai.

Kesulitan kedua adalah mendapatkan penerbit. Jelas menembus penerbit adalah sesuatu yang tidak mudah. Itu harus benar-benar disadari. Namun mengapa kami berani menawarkan untuk membimbing seseorang hingga naskah diterbitkan. Tidak lain karena kami juga mengetahui bahwa naskah yang ditolak selalu memiliki peluang untuk diterima. Entah itu melalui pengemasan ulang atau dengan mengirimkan ke penerbit yang cocok. Selain itu kalaupun terbit kadang kita harus menunggu hingga 6 bulan bahkan 1 tahun hingga buku terbit. Hanya saja dalam proses mengusahakan sebuah naskah diterima kami harus berjibaku, seringkali beberapa calon penulis tidak menyadari ini. Bahkan menganggap kami melakukannya dengan mudah.

Tapi jelas ini tidak menghambat kami untuk berbagai pengetahuan dengan para calon penulis. Jelas dengan biaya Rp. 150.000,- atau Rp. 450.000,- bahkan Rp. 1,5 juta masih terlalu murah menurut kami untuk sebuah pengetahuan yang dipelajari selama bertahun-tahun, bahkan hingga seorang calon penulis bisa menerbitkan bukunya. Padahal ketika buku itu diterbitkan penghasilan yang bisa diperoleh jauh dari nilai di atas. Namun kami juga merasa bahwa membimbing seorang penulis juga menjadi tantangan kami karena akan ada kesenangan yang kami rasakan untuk setiap naskah yang berhasil kami terbitkan. Karena visi kami dalam 5 tahun kami bisa menghasilkan 100 karya dengan harapan bisa memberikan pencerahan bagi Indonesia.

Jadi apakah berminat menjadi penulis bersama KMB?

Minggu, 16 Oktober 2011

BERMAIN PIANO DAN MENULIS


Beberapa hari selum saya menuliskan artikel ini, saya mengikuti acara pernikahan Saudara saya di daerah Cikini. Pada acara resepsi ternyata pihak Wedding Organizer (WO) sebuah band menghibur para tamu dengan lagu-lagu romantis.

Tibalah saat menjelang akhir acara resepsi para pemain musik; drummer, bassist dan keyboardist; kemudian meminta waktu break untuk beristirahat. Melihat alat musik yang sementara tidak digunakan ternyata memicu minat salah seorang sepupu saya untuk mengajak saya dan Saudara-Saudara lainnya untuk main band dadakan.

Akhirnya saya memilih memainkan keyboard, si provokator, Saudara saya yang mengajar kami bermain musik langsung meraih stick drum, dan sepupu saya yang lain memainkan bass.

Yang ingin saya ceritakan selanjutnya bukan tentang “ pengalaman kami bermain band itu” namun tentang apa yang kemudian saya rasakan ketika memainkan keyboard.

Belum lama berselang saya berkesempatan menghibur tamu-tamu negara dan di hadapan Menteri Koordinator Ekonomi & Menteri Pertanian di sebuah even nasional di Wisma Kartini, Jakarta Selatan. Saya bermain solo piano.

Saya menikmati musik yang saya hasilkan demikian juga para tamu negara. Terlihat beberapa yang hadir melirik ke arah saya dan menggerakkan kepalanya seturut dengan ketukan musik yang saya alunkan. Tentu ini mengindikasikan mereka menyimak setiap nada yang saya mainkan.

Berbeda ketika saya bermain keyboard dengan band dadakan di acara resepsi. Saya tidak menikmati permainan saya. Saya sepertinya tidak bisa memberikan dentingan piano yang bisa memperindah musik yang kami hasilkan.

Terakhir kali saya bermain band adalah sekitar 8 tahun lalu. Tepatnya ketika saya masih kuliah. Saya dan teman-teman sering bermain pada even-even besar di luar maupun di dalam kampus. Kami tidak hanya mengiringi penyanyi amatir atau teman-teman mahasiswa namun juga artis-artis nasional.

Pada masa itu saya mampu menghasilkan pemainan piano yang harmonis dengan suara dari alat music lainnya. Kami bisa memainkan emosi pendengar dengan lagu-lagu yang kami mainkan.

Jelas kami bisa melakukan itu karena kami sering main bersama, berlatih secara rutin setiap minggu. Sehingga saya dan teman-teman bisa dengan mudah memilih nada atau not yang harus dimainkan per setiap ketukan untuk menciptakan music yang indah.

Setelah 8 tahun berlalu saya tetap bisa bermain piano namun untuk bermain sendiri. Ketika saya harus bermain mendadak secara tim saya tidak sebaik ketika saya masih di kampus, karena kami tidak pernah berlatih bersama-sama. Dan saya tidak pernah lagi berlatih bermain piano untuk sebuah band. Sehingga saya tidak lagi punya instink yang jitu untuk menentukan kapan saya harus memainkan rytme, kapan saya harus memainkan nada-nada untuk mengisi kekosongan, dan bagaimana saya bisa mengatur dinamika untuk menciptakan efek emosional dari music yang dimainkan secara tim.

Hal yang sama berlaku dalam hal mengasah kemampuan menulis. Ada banyak penulis yang bertanya bagaimana cara memilih kata yang tepat? Bagaimana cara agar tangan bisa menuliskan apa yang tersimpan dalam otak tanpa ada hambatan? Atau bagaimana agar bisa menulis dengan cepat dan berkualitas?

Rahasianya sama seperti halnya bermain musik. Banyaklah berlatih. Mungkin ini terdengar klise, tapi ini adalah tips yang paling efektif. Semakin sering Anda menulis maka semakin peka Anda menangkap dan merasakan makna sebuah kata. Anda juga semakin jeli memilih kata untuk menciptakan efek tertentu dalam kalimat yang Anda susun.

Semakin sering Anda menulis maka semakin terbiasa gerak motorik Anda untuk mewujudkan apa yang dalam pikiran Anda dengan menulis. Ketika otak Anda menghadirkan inspirasi maka jari jemari Anda bisa mengartikulasikannya menjadi rangkaian kata yang tepat.

Itu sebabnya pada saat Anda pertama kali membiasakan menulis, Anda perlu waktu untuk memilih kata yang tepat untuk mewakili ide-ide yang ada dalam pikiran anda. Belum tentu kalimat yang Anda susun sesuai dengan apa yang hendar Anda sampaikan. Namun dengan semakin sering Anda berlatih, maka, tangan Anda seolah bekerja secara otomatis menuliskan apa yang Anda dalam benak Anda.

Jadi jika Anda ingin menjadi penulis maka saran terbaik yang bisa Anda lakukan adalah menulislah sesering mungkin. Dan konsisten. Saya bisa menuliskan 12 judul buku dalam 3 tahun, namun saya membutuhkan waktu lebih dari 5 tahun untuk belajar menulis, dengan menulis minimal 1 artikel setiap hari.

Anda bisa menuliskan pengalaman Anda, pandangan Anda terhadap sesuatu yang terjadi di sekitar Anda. Awalilah dengan kebiasaan yang menyenangkan. Menuliskan tentang diri sendiri dijamin adalah sesuatu menghibur. Jangan berpikir untuk menuliskan sesuatu yang fenomel ketika tengah belajar menulis. Tulislah sesuatu yang ringan-ringan dan sesuatu yang Anda ketahui. Jangan tuliskan sesuatu yang mengharuskan Anda melakukan aktivitas otak yang berat seperti menganalisa, menghitung. Atau menuliskan sesuatu dengan terlebih dahulu melakukan studi pustaka. Itu sebabnya tuliskanlah pengalaman Anda sendiri karena itu tidak membutuhkan aktivitas rumit.

Tulisan-tulisan yang Anda hasilkan bisa sekedar dikoleksi sendiri dan disimpan di PC Anda. Atau Anda tampilkan secara online di blog agar mendapatkan tanggapan dari banyak orang. Tapi yakinlah semakin sering Anda menulis maka Anda akan semakin terlatih. Dan ketika Anda akan menulis buku masalah yang akan Anda hadapi hanya soal memilih tema yang baik, menyusun outline yang menarik. Bukan masalah cara menuangkan ide menjadi tulisan.

Dan setelah Anda sukses menerbitkan buku jangan pernah merasa puas dan berhenti berlatih. Tetaplah menulis. Saya bisa merasakan adanya perbedaan dari karya-karya pertama saya dengan buku-buku saya selanjutnya. Buku-buku saya yang terakhir terasa lebih berbobot, isinya lebih menarik, lebih kaya dengan penggunaan kata-kata. Mengapa demikian? Karena saya terus berlatih meskipun saya sudah mendapatkan label, sehingga kemampuan menulis saya menjadi lebih baik lagi.

Jadi, jika Anda ingin menjadi penulis yang produktif dan mampu menghasilkan karya-karya terbaik, maka biasakanlah menulis sesering mungkin. Dan tetap terus berlatih meskipun Anda sukses menerbitkan buku. Ini adalah cara yang paling masuk akal untuk menguasai pengetahuan dan skill yang juga dimiliki para penulis ternama.

Rabu, 05 Oktober 2011

LIHATLAH SUKSES KECIL ANDA


Bagaimana saya bisa menulis buku berbagai macam tema?

Saya meyakini banyak hal yang bisa saja tulis. Untuk mengetahuinya saya membutuhkan waktu untuk mengeksplorasi sesuatu dari saya yang layak dituangkan menjadi sebuah buku.

Lalu, bagaimana saya bisa mendapatkan hal yang layak saya tulis?

Cara sederhana, cukup mengindentifikasi setiap sukses yang saya alami. Tentu sukses ini bukan harus sebuah prestasi luar biasa. Seperti mendapatkan promosi sebagai Direktur utama atau meraih juara menulis tingkat nasional.

Kita sering mendapatkan sukses kecil, seperti. Sukses menutup sebuah penjualan bernilai puluhan juta rupiah dan terjadi berulang kali. Sukses menciptakan menu-menu masakan yang lezat. Sukses membuat blog dan menjaring banyak pembaca. Sukses membuat kompos meskipun hanya skala rumah tangga.

Banyak dari kita tidak menganggap sukses di atas hal yang luar biasa, itu sebabnya kita tidak peka dengan keberhasilan tersebut. Padahal setiap kali kita meraih suatu kesuksesan kecil pada ada suatu pengetahuan dibalik kesuksesan itu.

Begitu juga yang saya lakukan. Ketika saya sukses mempromosikan atau membranding orang-orang berpengetahuan melalui internet dan buku, cukup menginspirasi saya untuk membagikan hal-hal yang membuat saya meraih keberhasilan tersebut. Demikian juga ketika saya sukses mendapatkan penghasilan tambahan dari kemampuan saya menulis, maka sayapun termotivasi membagikan pengetahuan saya tentang writerpreneur melalui buku.

Itulah rahasia saya mendapatkan ide untuk penulisan buku. Dan saya yakin selama saya terus mendapatkan sukses-sukses kecil maka saya tidak akan kehabisan tema buku untuk ditulis.

Tentu hal ini bisa juga Anda terapkan ketika Anda bertanya “ apa yang bisa saya tulis?”. Lihatlah sukses-sukses kecil dalam diri Anda. Apakah Anda pernah sukses mengatasi persoalan dalam hidup Anda? Apakah Anda sukses meraih sesuatu baik dalam karir atau aktivitas sehari-hari? Pekalah dengan keberhasilan Anda. Hanya orang yang tidak tidak percaya diri saja yang sulit melihat keberhasilan dalam dirinya.

Jadi ketika Anda ingin menjadi penulis yang tidak pernah kehabisan ide, pekalah dengan keberhasilan diri Anda. Karena apa yang layak kita tulis adalah sesuatu yang bernilai yang bersumber dari dalam diri kita sendiri.

Senin, 03 Oktober 2011

BAGAIMANA ORANG BIASA MENJADI PENULIS


Banyak orang yang beranggapan bahwa yang bisa menulis buku how to adalah para pakar atau orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi. Padahal sebenarnya setiap orang dapat menjadi menulis selama ia memiliki pengetahuan yang bermanfaat yang bisa dibagikan pada orang lain. Pengetahuan ini tidak mesti diperoleh dari bangku sekolah namun juga dari pengalaman sehari-hari.

Dan inilah yang kami buktikan ketika membimbing “orang-orang biasa menjadi penulis”

Seorang guru
Tema yang bisa ditulis:
1. Cara memahami prilaku anak dari bahasa tubuh
2. Cara mengajar matematika yang menyenangkan
3. Mengapa anak saya membangkang?
4. Cara mengajar yang efektif

Seorang Ibu rumah tangga
Tema yang bisa ditulis
1. Resep-resep masakan selama seminggu
2. Rahasia mengelola keuangan yang hemat
3. Trik menata rumah yang apik
4. Rahasia agar suami tidak selingkuh

Seorang mahasiswa
Tema yang dapat ditulis
1. Rahasia menembus SPMB
2. Cara belajar yang efektif untuk mahasiswa

Seorang mantan penderita kelainan jiwa
Tema yang dapat ditulis
1. Rahasia agar jiwa anda sehat
2. Cara mengatasi depresi

Seorang marketing
Tema yang dapat ditulis
1. Script manjur untuk marketing
2. 12 rahasia menutup penjualan
3. Rahasia cold phone

Oleh sebab itu coba lihat apa pengetahuan yang anda kuasai yang kemungkinan besar tidak dikuasai orang banyak, dimana pengetahun tersebut bisa Anda dapatkan dari pengalaman. Kemudian jadikan hal tersebut sesuatu yang akan Anda tuliskan.

Kamis, 15 September 2011

"SAYA PENGEN JADI PENULIS, KAK!"


Gadis remaja itu melihat saya dengan pandangan yang lugu.

“ Kak, saya pengen jadi penulis”, ungkapnya polos.

“ Ya, kakak akan bantu kamu, tapi kamu harus ikuti apapun yang kakak ajarkan”, kata saya.

Ia mengangguk dengan mata berminar-binar.

Ini adalah cuplikan pertemuan saya dengan salah satu bimbingan saya yang ingin sekali menjadi penulis di toko buku Gramedia Depok. Selanjutnya sayapun memutuskan akan membimbing ,si anak remaja yang memiliki antusias yang tinggi tersebut, hingga ia mewujudkannya mimpinya.

Saya memberikan bimbingan jarak jauh melalui email dan telepon kurang lebih 3 bulan. Sepanjang proses tersebut , ia mengikuti setiap arahan yang saya berikan. Naskahnya berhasil ia selesaikan sesuai target yang kami tetapkan. Hasil akhirnya, cukup fantastik!! Seolah tidak mengambarkan jika penulisnya masih remaja.

Sayapun dengan penuh keyakinan mencarikan penerbit untuk naskah si gadis remaja tersebut. Dan kemudian mengirimkannya melalui email. Hasilnya, dalam 1 bulan salah satu penerbit ternama bersedia menerbitkan naskah tersebut.

Ketika saya mengabarkan jika naskahnya akan segera diterbitkan melalui telepon, ia gembira luar biasa dan mengatakan seperti sedang bermimpi. Dan diakhir pembicaraan ia mengatakan “Terima kasih, kak”.

Kunci Sukses
Apakah keberhasilan si penulis remaja menjadi penulis sepenuhnya karena saya?

Turut juga ditentukan oleh si penulis muda itu. Saya bisa merasakan atusias luar biasa dari sang “adik penulis” untuk bisa menerbitkan karyanya, sesuatu yang jarang saya temui dari orang-orang yang mengungkapkan hasratnya menjadi seorang penulis.

Ia mengerjakan tugas-tugas dengan komitmen yang tinggi. Ia tidak pernah menunda-nunda untuk mengerjakan tugas-tugas dari saya dan mengerjakannya dengan sepenuh hati.

Selain itu, ia memiliki keyakinan akan dirinya. Ada banyak alasan baginya untuk menganggap bahwa mustahil baginya menjadi seorang penulis. Ia masih remaja. Masih sekolah di bangku SMA. Menulis baginya adalah sekedar hobi. Namun ia bisa mewujudkan impiannya menjadi seorang penulis.

Berbeda dengan kebanyakan orang yang memilki sejumlah alasan untuk tidak PD menjadi penulis. Entah karena usia yang masih muda, pendidikanlah. Atau karena menurutnya tulisannya kurang menarik. Jadi tidak heran, meskipun mengaku ingin jadi penulis, namun ia tidak pernah mewujudkannya.

Jadi, jika gadis muda ini bisa menjadi penulis, bagaimana dengan Anda?

Minggu, 11 September 2011

OTAK: MENULIS SEBAGAI AKTIVITAS NORMAL


Jika pada waktu luang, Anda senantisa mengisinya dengan nonton televisi, tidur, main game, dsb, maka otak Anda akan menganggap bahwa ini adalah hal yang normal yang Anda lakukan. Dan otak Anda akan mempertahankan aktivitas ini agar berulang.

Jadi kalau Anda tidak nonton televisi, tidur siang, nonton Carmen Electa, maka Anda merasa gelisah atau sesuatu yang tidak nyaman. Ini adalah upaya otak Anda, tanpa Anda sadari, mendorong Anda untuk mempertahankan aktivitas normal Anda. Do it again!

Demikian halnya ketika Anda mencoba membiasakan menulis. Maka Anda merasakan hambatan berupa:

1. Malas
2. Bosan
3. Capek
4. Ngantuk
5. Ide-ide mandek

Mengapa ?

Karena menurut analisa otak Anda, menulis belum termasuk dalam daftar aktivitas normal. Jadi harus dibredel atau dihambat. Dengan menulis maka akan ada aktivitas lainnya yang lazim Anda kerjakan, seperti tidur, olahraga, pacaran, mancing dsb tergeser. “ Stop jangan kerjakan itu untuk saat ini!”, demikian pesan otak Anda.

Lalu bagaimana agar menulis menjadi kebiasaan dan Anda bisa terbebas dari hambatan yang saya sebut di atas?

Ubah apa yang normal menurut otak Anda! Anda harus merusak database normal dalam pikiran Anda (menurut istilah saya).

Caranya, lakukan secara berulang sesuatu yang ingin dilist sebagai aktivitas normal dalam otak Anda. Kalau Anda ingin menjadikan menulis sebagai kebiasaan, lakukan setiap hari.

Agar Anda bisa mengindahkan hambatan dalam diri Anda, tetapkan target, misalnya dalam 1 bulan Anda akan menulis 20.000 kata. Jika perlu ciptakan hukuman bagi diri Anda jika Anda tidak menulis.

Jika Anda sudah melakoni ini selama beberapa bulan secara konsisten, otak Anda akan memasukkan menulis sebagai bagian dari list aktivitas normal Anda. Kalau sebelumnya, ketika menulis Anda merasakan hambatan, setelah menjadi kebiasaan, maka yang terjadi sebaliknya. Anda merasa gelisah, tidak nyaman jika tidak menulis. Sydrom ini umumnya lazim dialami para penulis profesional. Komentar salah satu penulis senior “ Saya merasa badan saya tidak sehat jika saya tidak menulis”.

Jadi kalau Anda merasa mandek, ide mentok, tidak mood, dsb ketika mencoba menulis ini adalah indikasi otak Anda sedang bekerja agar Anda kembali menjalani aktivitas lama Anda saat mengisi waktu. Oleh sebab itu rombaklah apa yang normal dalam otak Anda, dan jadikan menulis sebagai kebiasaan baru.

Senin, 05 September 2011

ANDA MENULIS SEBUAH YANG LUAR BIASA


Banyak orang yang sibuk memikirkan apakah tulisannya baik? Apakah gaya bahasanya sudah mengairahkan? Apakah kata-kata yang dipilih sudah elegan? Alhasil baru menulis 1 lembar, pikirannya sudah dipenuhi kalimat evaluatif.

“ Mm, kok, rasanya tulisanku kurang ok”.

“ Kok, belum seperti tulisannya Pak Hendra Sipayung”

…bla…bla..bla..

Waspadalah. Ini adalah bentuk kerja mental block Anda. Atau sesuatu yang jahat dalam diri Anda yang tidak ingin Anda menjadi penulis. Dan inilah yang menyebabkan ada jutaan orang tidak pernah menjadi penulis buku hingga ia meninggalkan kehidupan di dunia ini. Jangan-jangan Anda termasuk yang sedang dikuasai sang jahat tersebut.

Pertanyaannya selanjutnya, bagaimana mengatasinya?
Tentu sesuatu yang jahat harus diatas dengan sesuatu yang baik. Oleh sebab itu ciptakanlah sebuah tujuan yang baik dari aktivitas menulis Anda. Mulailah mengeser fokus pikiran Anda dari “bagaimana Anda menulis” pada “apa yang Anda tulis”. Dari perhatian pada “tulisan” Anda bergeser pada “orang yang membacanya kelak”.

Dengan kata lain, anggaplah jika Anda ingin menulis untuk sebuah tujuan yakni “memberikan sesuatu yang luar biasa, bermanfaat, bagi orang banyak”. Bayangkan jika Anda menuliskan apa yang Anda ketahui, mungkin akan ada banyak orang yang terbebas dari kemalasan karena ditampar tulisan-tulisan motivasi di buku Anda. Membuat banyak orang terbebas dari pengangguran karena Anda mendorong pembaca Anda menjadi seorang entrepreneur. Atau membebaskan banyak orang dari ancaman penyakit menakutkan karena melalui karya Anda, sebuah gaya hidup sehat Anda ajarkan.

Mungkin Anda bertanya, bukankah menulis untuk sesuatu yang luar biasa menuntut sebuah kesempurnaan. Bukankah saya harus menulis dengan gaya bahasa yang menarik dan kata yang menggugah?”.

Idealnya demikian, namun jika hal tersebut membuat Anda tidak membuat karya apapun, sebaiknya indahkan pikiran tersebut.

Kuncinya sederhana. Tulislah sesuatu yang bisa Anda mengerti dan orang lain mengerti. Tidak perlu pusingkan apakah tulisan Anda memiliki penyajian yang fenomenal atau tidak. Karena lebih baik Anda memberikan sesuatu yang mungkin tidak sempurna, namun orang masih bisa memperoleh manfaat dari pengetahuan yang Anda bagikan, daripada Anda tidak membagikan sama sekali karena ingin tampil sempurna.

Oleh sebab itu menulis saat ini juga. Yakinkan diri Anda, pengetahuan apapun yang Anda miliki, ketika Anda bagikan akan Anda ribuan orang yang mendapatkan manfaat dari hal tersebut. Bahkan pengetahuan sederhanapun mungkin sangat berharga di mata orang lain. Bayangkan jika melalui apa yang Anda tulis, mereka kemudian mendoakan Anda. Maka akan Anda ribuan doa yang dipanjatkan agar Anda memperoleh kesuksesan dan kesehatan.

Senin, 29 Agustus 2011

KENALI MENULIS

My Lovely Child

Saya mengenal anak saya dengan baik, meskipun ia belum bisa berbicara. Ketika ia menggaruk-garuk mukanya, ini menandakan ia sedang merasa tidak nyaman. Berarti ia ingin segera minum susu atau tidur.

Saya bisa membedakan tangisan anak saya, ketika ia lapar atau merasa tidak diperhatikan. Cukup perhatikan matanya. Jika menangis sambil menyipitkan matanya maka kemungkinan ia lapar. Tapi jika matanya masih bisa melirik ke sana kemari, ini tandanya ia ingin diperhatian.

Saya tahu apa yang membuat anak betah dengan saya. Pertama, menyanyikan lagu “Di Bawah Sinar Bulan Purnama” dan “Di obok-obok”. Anak saya akan anteng mendengarkan saya mendendang lagu-lagu itu. Saya hanya perlu mengulang-ulangnya beberapa kali.

Kedua, anak saya senang jika saya berbicara padanya dengan bahasa “ta...ta...” atau bahasa bayi. Matanya dengan ceria melihat papa mengeluarkan coleteh seperti yang biasa ia perdengarkan.

Ketiga, adalah dengan menceritakan dongeng. Saya bisa memastikan anak saya belum mengerti apa yang saya sampaikan. Namun anehnya, setiap kali mendongeng ia mentatap saya sepertinya ia menikmati apa yang saya ceritakan.

Mengapa saya mengenal betul sifat dan karakter anak saya, meskipun ia belum bisa mengatakan “ Pa, saya senangnya papa bla...bla...bla”. Maklum usianya baru genap 6 bulan.

Alasannya sederhana, karena saya berinteraksi setiap hari dengannya. Sehingga saya akhirnya bisa merasakan apa yang ia butuhkan hanya melihat gerak-geriknya, suaranya, tangisannya dsb. Jadi rahasianya adalah, semakin sering saya bermain, bercanda, berbicara, menyentuh, memeluk anak saya, maka saya semakin mengenalnya.

Tahukan Anda, jika hal yang sama juga berlaku jika Anda ingin mengenal apa itu menulis. Semakin sering Anda berinteraksi dengan aktivitas penulisan semakin Anda mengenal apa itu menulis. Semakin sering Anda mengores lembaran kertas atau mengetik kata-kata di komputer, maka semakin Anda mengetahui bagaimana cara Anda bisa mengalirkan ide-ide dalam pikiran Anda ke dalam tulisan. Instink Anda juga akan semakin terlatih menentukan kata yang manis digunakan dalam sebuah kalimat, menyisipkan gaya bahasa tertentu dan merancang sebuah aliena yang menggoda.

Dengan semakin sering anda menulis Anda tidak hanya semakin memahami teknik-teknik penulisan. Namun juga akan mengenal kebiasaan Anda menulis. Anda bisa mengetahui saat-saat dimana Anda sepertinya kehabisan ide, dan waktu ketika Anda ingin menuliskan banyak hal. Anda juga mengetahui cara-cara untuk “melecut” inspirasi dalam pikiran Anda.

Oleh sebab itu, jika Anda ingin menjadi seorang penulis, Anda perlu mengetahui tentang penulisan itu sendiri. Anda harus membangun instink yang bekerja secara otomatis mengerakkan tangan Anda menghasilkan tulisan yang menarik. Anda juga perlu mengetahui lebih dalam tentang diri Anda sebagai seorang penulis.

Bagaimana caranya? Tidak lain dengan membiasakan menulis secara rutin. Akan lebih baik jika Anda bisa rutin menulis setiap hari. Tulislah berbagai hal, pengalaman Anda, khayalan Anda, pikiran Anda, apa yang Anda lihat, rasakan, dsb. Jangan mengkhawatirkan panjang tulisan Anda. Jika Anda bisa setengah halaman, tuliskan. Jika bisa lebih atau hingga berlembar-lembar, tentu lebih baik. Namun upayakan untuk menyelesaikan 1 tulisan setidaknya setiap hari.

Minggu, 03 Juli 2011

UNTUNG NAZARUDIN TIDAK MENULIS BUKU

Boleh dikatakan, blunder oknum yang mengaku sebagai Muhammad Nazaruddin, mantan bendahara umum Partai Demokrat yang telah diberhatikan karena masalah etika, cukup merepotkan eks partainya tersebut.

Bagaimana tidak? Dari sms yang mengaku Nazarudin yang menyebar di sejumlah orang,plus info yang buka-bukaan di blog yang diklaim milik sang politisi muda tersebut, ditambah pesan BBM ke pengacaranya, yang menyebutkan adanya kasus korupsi yang melibatkan pejabat dari eks partainya. Alhasil skandal menjadi isu yang kemudian diekspos oleh media.

Hanya dengan sebuah penyampaian informasi melalui jalur informal secara tertulis, sudah membuat heboh. Apalagi jika sang politisi kemudian membuka kasus tersebut dengan menulis sebuah buku.

Dengan menyampaikan pesan menggunakan sms, melalui blog, jelas orang yang mengaku Nazarudin seolah hanya menebar tuduhan dengan penjelasan terbatas. Berbeda jika ia kemudian menulis sebuah buku, maka ia bisa menjelaskan secara runut.

Ia tidak cukup menjelaskan hal-hal miris, namun dengan luasnya halaman dan lembar sebuah buku maka ia harus menjelaskan konteks, argumen, bukti-bukti konkrit dan penjelasan yang logis.

Jelas, jika ia mengatakan bahwa

si A mendapatkan uang dari seorang oknum pejabat, dan info ini saya dapatkan dari supir pribadi si A.

maka ini adalah statement yang meragukan. Berbeda jika ia mengatakan

saya melihat sendiri A, dan dalam pada bagian lampiran Anda bisa melihat tanda terimanya.

Selain itu dengan luasnya halaman yang bisa ia isi dengan informasi, bedakan dengan sebuah sms, maka akan lebih banyak informasi yang bisa ia tuliskan. Maka kadar kehebohannya menjadi lebih lagi.

Hanya beruntunglah Nazarudin tidak menuangkan hal yang ia ketahui menjadi sebuah buku. Karena akan memberikan efek yang lebih luar biasa. Dan informasi tersebut tidak mudah lengkang, karena buku akan tetap ada, meskipun sesaat kasus ini tidak lagi menjadi perhatian.

Saya teringat dengan buku-buku tentang Karl Marx yang sempat dilarang oleh pemerintah. Namun karena tertulis, ketika karya-karya pemikir asal Jerman tersebut tidak lagi dilarang, banyak anak-anak muda yang mengakses buku-buku itu dan mengidolakan tokoh tersebut.

Demikian halnya jika Nazarudin membukukan fakta-fakta yang ia ketahui, maka kejadian yang berlangsung dikalangan politisi eks partainya tidak hanya menjadi perhatian banyak orang pada saat ini. Namun dapat menjadi bagian dari sejarah.

Karena bukan tidak mungkin akan dibaca generasi yang akan datang, dikutip berbagai tulisan dikemudian hari. Dan membantuk sebuah persepsi masyarakat bahwa pada suatu masa, pernah terjadi sebuah korupsi massal di Republik ini dan mencoreng muka para pungawan di negara ini.

Rabu, 20 April 2011

MENULIS DARI HATI

“Seperti apakah menulis dari hati itu? “ tanya salah satu bimbingan KMB.

Menulis dari hati ibarat seorang anak yang memberikan sesuatu kepada orang yang ia sayangi. Saya ingat keponakan saya memberikan makanannya ketika melihat Ibunya meriang karena sakit. Mungkin apa yang ia berikan tidak menyembuhkan Ibu. Namun ia memberikan sesuatu yang terbaik miliknya untuk Ibunya tanda kasihnya.

Penulis yang menulis dari hati tidak akan mencemaskan tulisannya menarik atau tidak menarik, gaya penulisannya bagus atau tidak. Namun yang ia lebih khawatir jika apa ia ketahui tidak ia membagikan pada orang lain melalui karya-karyanya.

Penulis yang masih berkutat dengan ketakutan,

“Apakah entar tulisanku disukai orang lain”.
“Apakah gaya penulisanku menarik?”

mengindikasikan sang penulis belum “menulis dari hati”. Ia berkutat dengan kepentingan dirinya sendiri untuk tampil sempurna. Bukan pada kepentingan untuk mencerah orang lain dari apa yang ia ketahui.

Jadi, prinsip menulis dari hati adalah berbagi dengan memberikan yang terbaik dari Anda seberapapun pengetahuan Anda. Meskipun yang Anda bagikan memiliki ketidaksempurnaan namun yakinkan pasti ada banyak orang yang tercerahkan.

Minggu, 17 April 2011

BELAJAR MENGHANCURKAN ZONA KENYAMANAN

Ada yang bertanya, “ Kok, KMB tidak terlebih dahulu memberikan teori ketika membimbing, dan langsung menyuruh bimbingannya menulis. Padahal saya perlu tahu dulu prinsip-prinsip menulis”. Dan banyak orang yang berharap kami membagikan pengetahuan yang “mendadak” bisa membuat seseorang bisa menulis, tanpa harus menyuruh mereka menulis.

Banyak orang bercita-cita menjadi penulis namun tidak “berani” menghancurkan zona kenyamanannya. Termasuk juga ketika memilih mengikuti bimbingan menulis. Apa yang ingin mereka dengar adalah hal-hal yang enak untuk di dengar.

“ Anda punya chance jadi penulis!!!”.

“Selamat Anda calon penulis hebat:.

Memang setiap calon penulis membutuhka motivasi. Namun untuk menjadi penulis sejati Anda harus merubah zona aman Anda. Seperti apa kira-kiranya implementasinya.

Coba bayangkan diri Anda harus berlatih push up di atas pasir dengan tangan dikepal. Anda wajibkan pelatih Anda harus melakukannya 30 kali setiap hari. Jika tidak, Anda akan mendapatkan hukuman. Maka Andapun melakukannya hingga tangan Anda kapalan.

Jika Anda sudah terlatih, kira-kita menurut Anda jika ada yang meminta Anda melakukan push up 10 kali di atas lantai. Apakah menurut Anda ini adalah sesuatu yang sulit dilakukan? Tentu tidak karena Anda sudah mengerjakan hal yang lebih berat.

Begitu juga hukum yang berlaku dalam menulis. Jika Anda ingin bisa menulis 3 lembar naskah dengan cepat, maka berlatihlah untuk menulis hingga 10 lembar dalam waktu tertentu. Dijamin 3 lembar tulisan menjadi sesuatu yang enteng.

Demikian juga jika Anda ingin menulis buku dengan cepat hingga 100 lembar hanya dengan beberapa bulan. Cobalah sesekali menulis buku hingga 200 lembar dan jangka waktu tertentu. Saya bisa menjamin menulis buku dengan jumlah lembar yang lebih sedikit menjadi lebih mudah.

Jadi apa yang kami lakukan di KMB adalah merubah zona kenyamanan Anda. Beberapa bimbingan kami mengaku harus menulis hingga larut malam untuk menyelesaikan tugas yang kami berikan. Namun setelah beberapa bulan mengikuti bimbingan mereka akhirnya merasakan bagaimana pikiran dan jari-jari mereka seolah terkoneksi untuk menyelesaikan tulisan dengan cepat.

Oleh sebab itu jika Anda ingin menjadi penulis, tidak cukup dengan motivasi. Anda juga perlu menghancurkan zona nyaman Anda agar bisa menjadi penulis sejati.

Rabu, 13 April 2011

MENULIS KERTAS KOSONG VS DENGAN PERTANYAAN

Saya sering menemukan fenomena unik. Ketika saya meminta para penulis pemula membuat tulisan 2 lembar dengan tema tertentu banyak yang mengeluh “ “Waduh, sulit, pak!”. “Wah, pikiran saya mentok!”. “Coba, deh saya cari waktu yang pas”.

Tentu dari jawaban di atas Anda bisa menebak, mereka kesulitan membuat tulisan tersebut. Dan bagi kebanyakan orang kondisi demikian dijadikan bukti jika mereka memang tidak berbakat menulis.

Tapi tahukah Anda ketika para penulis yang merasa kesulitan membuat tulisan kemudian saya minta mejawab pertanyaan saya, seolah bukan membuat tulisan. Misalnya “ Pak Rudi, tolong bantu saya. Ada orang yang bertanya tentang teknik berkomunikasi yang baik berdasarkan pengalaman Anda sebagai MC. Tolong dituliskan di kertas biar bisa saya sampaikan kepada teman saya”.

Ajaibnya mareka mampu membuat tulisan. Bahkan lebih banyak dari tugas menyelesaikan tulisan yang saya minta sebelumnya.

Mengapa demikian?

Karena mereka menganggap tidak sedang menciptakan tulisan. Namun sedang menjawab pertanyaan saya. Sehingga fokusnya lebih pada menuangkan apa yang ada dipikiran ke dalam tulisan untuk kemudian disampaikan kepada saya.

Ketika menulis, banyak orang yang lebih terfokus seperti apa kata atau kalimat yang mereka tuliskan. “Bagus, nggak sih?”. “Enak nggak dibaca?”. Anehnya, pikiran kritis ini sudah muncul ketika si penulis baru menyelesaikan 1 alinea. Ini adalah bentuk dari mental blok yang sering membatasi penulis menyalurkan idenya. Itu sebabnya penulis pemula berguman dalam hati " saya ada banyak ide di pikiran kok sulit menuangkannya ke dalam tulisan, ya?".

Oleh sebab itu, ketika Anda menulis, bayangkan Anda sedang menjelaskan topik pada seseorang, yang kemudian Anda tuliskan. Dan jangan mengkhawatirkan gaya penulisan Anda.

Rabu, 30 Maret 2011

MAHASISWA “MALES” BACA?

Apa jadinya jika calon intelektual kita tidak senang membaca buku. Kenyataan yang mengerutkan dahi ini saya temukan berdasarkan cerita para penjual buku di sejumlah kampus yang menjadi langganan saya.

Sebagaimana juga diungkapkan seorang penjual buku favorit saya, yang memiliki koleksi buku yang terbilang lengkap, dan tokonhya dekat dengan salah satu univesitas negeri ternama di bilangan Depok

“ Mahasiswa di kampus ini males baca. Buktinya yang datang kemari untuk membeli buku kuliah atau buku-buku pemikiran jarang. Mereka senangnya memfoto-copi buku, sampai-sampai saya terpaksa harus menyediakan jasa penyewaan buku untuk difotocopy. Kalaupun ada yang beli paling 5 bulan kemudia bukunya sudah kembali ke saya (alias dijual). Anehnya mereka melakukan ini bukan karena tidak ada uang, padahal mereka penampilan dan HP yang mereka pake (kebanyakan BB) seperti mereka orang yang mampu membeli buku”, ungkap, mengungkapkan,

Mirisnya ini terjadi para sebuah kampus yang menjadi barometer pendidikan tinggi di Indonesia, yang konon masuk dalam univesitas negeri terbaik di Indonesia, yang kampusnya rindang karena banyak pepohonan. Hal ini juga saya jumpai di kampus-kampus lainnya berdasarkan kisah para penjual buku.

Komentar dalam hati saya adalah, “Menyedihkan”.

Saya merasakan betul manfaatnya membaca buku. Tanpa ratusan buku bahkan ribuan buku yang saya baca, mustahil saya bisa menulis puluhan buku, membimbing banyak penulis muda. Karena seluruh pengetahuan itu saya dapatkan dari lembar-lembar buku yang saya baca.

Saya bisa membagikan banyak hal karena saya mengisi pikiran saya dengan berbagai materi. Tentu menjadi pertanyaan, apakah yang kemudian bisa mereka kerjakan saat mereka masuk ke dunia nyata, jika mereka hanya mengisi otak mereka dengan apa yang disampaikan oleh para pengajar mereka.

Ironisnya apa yang diajarkan tidak berbeda 5 tahun yang lalu, namun setiap hari pengetahuan baru ditemukan. Ribuan penelitian dihasilkan setiap harinya. Padahal untuk menghasilkan ide-ide cemerlang mereka membutuhkan banyak input bermutu.

Tentu ini menjadi keprihatinan saya ketika mendapati jika banyak calon intelektual muda Indonesia ternyata males membaca. Dengan minimnya wawasan yang mereka miliki bukan mustahil, kemudian hari mereka akan mengikuti jejak seniornya, yakni meraih kesuksesan dengan cara yang “orang bodohpun bisa melakukannya”. Mencuri=korupsi, memalak= mengharapkan tips, fee dari value yang tidak mereka ciptakan, sukses tanpa bekerja melainkan mengharapkan backingan. Jadi bukan meraih kesuksesannya dengan memberikan apa yang dibutuhkan banyak orang.

Senin, 28 Maret 2011

AGAR TULISAN ANDA MEMILIKI SPIRIT

Anda ingin tahu caranya agar tulisan Anda memiliki jiwa?

Tentu saya perlu menjelaskan pada Anda seperti apa sebenarnya tulisan yang memberikan spirit.

Pertama, tulisan yang memiliki jiwa, tidak hanya bisa Anda pahami pada tingkat semantik, namun juga mampu membangkitkan bayangan pada pikiran Anda seperti apa maksud dari penulis. Ketika seorang penulis mengatakan bahwa ia akan melakukan sesuatu, maka Anda tidak hanya mengerti apa yang ia katakan, namun bisa mengambarkan dalam benak Anda seperti hal itu terjadi.

Kedua, tulisan itu tidak hanya mampu menggugah pemahaman Anda namun juga perasaan Anda. Jadi tulisan yang memiliki spirit adalah yang mampu membangkitkan motivasi, semangat, gairah, dsb.

Maka pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara menghasilkan tulisan yang memiliki spirit?

Hal yang perlu Anda lakukan dalam membuat karya adalah tuliskanlah sesuatu yang benar-benar Anda kuasai. Ketika Anda menulis sesuatu yang Anda alami, sesungguhnya Anda tidak hanya menyampaikan kumpulan kata melainkan sebuah gambaran visual yang ada peroleh dari pengalaman Anda. Itu sebabnya pembaca juga bisa menangkap gambaran itu ketika membaca karya Anda.

Kemudian, selain meyampaikan apa yang Anda ketahui, agar tulisan Anda memiliki jiwa, sampaikanlah itu dekat dengan bahasa ujaran Anda. Atau dengan kata lain menulislah sebagaimana Anda berbicara.

Mengapa demikian? Ketika anda menuliskan dengan cara bagaimana berbahasa maka antusiasi, semangat, rasa senang, atau perasaan-perasaan yang lain bisa terwakili dengan baik dengan bahasa yang Anda gunakan. Karena bahasa itu juga yang Anda gunakan mengungkapan sisi emosional Anda.

Tentu juga jangan lupa menyertakan antusiasme, semangat, kegairahan Anda ketika menyusun tulisan Anda , karena secara otomatis itu juga akan mewarnai tulisan Anda dan kemudian dirasakan pembaca.

Hanya dengan memberikan spirit pada tulisan Anda maka pembaca tidak hanya nyaman membaca karya Anda. Namun juga akan lebih efektif menjaring pesan yang Anda manfaatkan.

Rabu, 23 Maret 2011

MANFAAT MENULIS BLOG MEMBUAT ANDA TERKENAL

Banyak orang yang belum menyadari jika blog bisa membuat mereka menjadi seorang pakar. Sehingga blog hanya digunakan sekedar tempat curhat.

Blog bisa menjadi sarana mempromosikan diri seseorang jika digunakan secara efektif. Seperti halnya pengalaman seorang dosen yang kemudian menjadi pembicara ternama karena sering membagikan tulisannya di blog.

Tentu yang menjadi pertanyaan, bagaimana cara membuat blog yang bermanfaat?

Caranya adalah dengan membuat tulisan yang bersifat how to atau self help yang bermanfaat bagi orang lain. Atau artikel-artikel bersifat opini. Kemudian publikasikan secara berkala.

Tentu perlu diingat, akan lebih baik memasukkan satu tulisan tiap minggu, daripada mempublish 5 tulisan namun per 3 bulan sekali.

Setelah itu, apa? Tentu wait and see. Sekiranya tulisan Anda sudah banyak, maka Anda bisa merancang menjadi sebuah buku.

Jika pengunjung Anda sudah cukup banyak setiap harinya, Anda dapat menawarkan jasa. Tentu tujuannya tidak semata-mata untuk mendapatkan profit. Namun untuk meneguhkan kepakaran Anda bagi orang lain.

Semakin banyak Anda membantu orang lain secara langsung maka Anda semakin kredibel. Dan tidak mustahil orang-orang yang menggunakan jasa Anda dan merasa puas menceritakan tentang Anda pada orang lain.