;

Rabu, 13 April 2011

MENULIS KERTAS KOSONG VS DENGAN PERTANYAAN

Saya sering menemukan fenomena unik. Ketika saya meminta para penulis pemula membuat tulisan 2 lembar dengan tema tertentu banyak yang mengeluh “ “Waduh, sulit, pak!”. “Wah, pikiran saya mentok!”. “Coba, deh saya cari waktu yang pas”.

Tentu dari jawaban di atas Anda bisa menebak, mereka kesulitan membuat tulisan tersebut. Dan bagi kebanyakan orang kondisi demikian dijadikan bukti jika mereka memang tidak berbakat menulis.

Tapi tahukah Anda ketika para penulis yang merasa kesulitan membuat tulisan kemudian saya minta mejawab pertanyaan saya, seolah bukan membuat tulisan. Misalnya “ Pak Rudi, tolong bantu saya. Ada orang yang bertanya tentang teknik berkomunikasi yang baik berdasarkan pengalaman Anda sebagai MC. Tolong dituliskan di kertas biar bisa saya sampaikan kepada teman saya”.

Ajaibnya mareka mampu membuat tulisan. Bahkan lebih banyak dari tugas menyelesaikan tulisan yang saya minta sebelumnya.

Mengapa demikian?

Karena mereka menganggap tidak sedang menciptakan tulisan. Namun sedang menjawab pertanyaan saya. Sehingga fokusnya lebih pada menuangkan apa yang ada dipikiran ke dalam tulisan untuk kemudian disampaikan kepada saya.

Ketika menulis, banyak orang yang lebih terfokus seperti apa kata atau kalimat yang mereka tuliskan. “Bagus, nggak sih?”. “Enak nggak dibaca?”. Anehnya, pikiran kritis ini sudah muncul ketika si penulis baru menyelesaikan 1 alinea. Ini adalah bentuk dari mental blok yang sering membatasi penulis menyalurkan idenya. Itu sebabnya penulis pemula berguman dalam hati " saya ada banyak ide di pikiran kok sulit menuangkannya ke dalam tulisan, ya?".

Oleh sebab itu, ketika Anda menulis, bayangkan Anda sedang menjelaskan topik pada seseorang, yang kemudian Anda tuliskan. Dan jangan mengkhawatirkan gaya penulisan Anda.

Tidak ada komentar: