;

Minggu, 03 Juli 2011

UNTUNG NAZARUDIN TIDAK MENULIS BUKU

Boleh dikatakan, blunder oknum yang mengaku sebagai Muhammad Nazaruddin, mantan bendahara umum Partai Demokrat yang telah diberhatikan karena masalah etika, cukup merepotkan eks partainya tersebut.

Bagaimana tidak? Dari sms yang mengaku Nazarudin yang menyebar di sejumlah orang,plus info yang buka-bukaan di blog yang diklaim milik sang politisi muda tersebut, ditambah pesan BBM ke pengacaranya, yang menyebutkan adanya kasus korupsi yang melibatkan pejabat dari eks partainya. Alhasil skandal menjadi isu yang kemudian diekspos oleh media.

Hanya dengan sebuah penyampaian informasi melalui jalur informal secara tertulis, sudah membuat heboh. Apalagi jika sang politisi kemudian membuka kasus tersebut dengan menulis sebuah buku.

Dengan menyampaikan pesan menggunakan sms, melalui blog, jelas orang yang mengaku Nazarudin seolah hanya menebar tuduhan dengan penjelasan terbatas. Berbeda jika ia kemudian menulis sebuah buku, maka ia bisa menjelaskan secara runut.

Ia tidak cukup menjelaskan hal-hal miris, namun dengan luasnya halaman dan lembar sebuah buku maka ia harus menjelaskan konteks, argumen, bukti-bukti konkrit dan penjelasan yang logis.

Jelas, jika ia mengatakan bahwa

si A mendapatkan uang dari seorang oknum pejabat, dan info ini saya dapatkan dari supir pribadi si A.

maka ini adalah statement yang meragukan. Berbeda jika ia mengatakan

saya melihat sendiri A, dan dalam pada bagian lampiran Anda bisa melihat tanda terimanya.

Selain itu dengan luasnya halaman yang bisa ia isi dengan informasi, bedakan dengan sebuah sms, maka akan lebih banyak informasi yang bisa ia tuliskan. Maka kadar kehebohannya menjadi lebih lagi.

Hanya beruntunglah Nazarudin tidak menuangkan hal yang ia ketahui menjadi sebuah buku. Karena akan memberikan efek yang lebih luar biasa. Dan informasi tersebut tidak mudah lengkang, karena buku akan tetap ada, meskipun sesaat kasus ini tidak lagi menjadi perhatian.

Saya teringat dengan buku-buku tentang Karl Marx yang sempat dilarang oleh pemerintah. Namun karena tertulis, ketika karya-karya pemikir asal Jerman tersebut tidak lagi dilarang, banyak anak-anak muda yang mengakses buku-buku itu dan mengidolakan tokoh tersebut.

Demikian halnya jika Nazarudin membukukan fakta-fakta yang ia ketahui, maka kejadian yang berlangsung dikalangan politisi eks partainya tidak hanya menjadi perhatian banyak orang pada saat ini. Namun dapat menjadi bagian dari sejarah.

Karena bukan tidak mungkin akan dibaca generasi yang akan datang, dikutip berbagai tulisan dikemudian hari. Dan membantuk sebuah persepsi masyarakat bahwa pada suatu masa, pernah terjadi sebuah korupsi massal di Republik ini dan mencoreng muka para pungawan di negara ini.

Tidak ada komentar: